Senin, 26 November 2012

Amphibi


AMPHIBI

            Amphibi merupakan hewan dengan kelembaban kulit yang tinggi, tidak tertutupi oleh rambut dan mampu hidup di air maupun di darat. Amphibia berasal dari bahasa Yunani yaitu Amphi yang berarti dua dan Bios yang berarti hidup. Karena itu amphibi diartikan sebagai hewan yang mempunyai dua bentuk kehidupan yaitu di darat dan di air.
            Amfibi adalah kelompok terkecil di antara vertebrata, dengan jumlah hanya 3.000 spesies. Seperti ikan dan reptilia, amfibi adalah hewan berdarah dingin. Ini berarti amfibi tidak dapat mengatur suhu badannya sendiri. Untuk itu, amfibi memerlukan matahari untuk menghangatkan badan. Awalnya amfibi mengawali hidup di perairan dan melakukan pernapasan menggunakan insang. Seiring dengan pertumbuhannya paru-paru dan kakinya berkembang dan amfibi pun dapat berjalan di atas daratan.
            Amfibia bertelur di air, atau menyimpan telurnya di tempat yang lembab dan basah. Ketika menetas, larvanya yang dinamai berudu hidup di air atau tempat basah tersebut dan bernafas dengan insang. Setelah beberapa lama, berudu kemudian berubah bentuk (bermetamorfosa) menjadi hewan dewasa, yang umumnya hidup di daratan atau di tempat-tempat yang lebih kering dan bernafas dengan paru-paru. Perubahan cara bernafas yang seiring dengan peralihan kehidupan dari perairan ke daratan menyebabkan hilangnya insang dan rangka insang lama kelamaan menghilang. Pada anura, tidak ditemukan leher sebagai mekanisme adaptasi terhadap hidup di dalam liang dan bergerak dengan cara melompat. (Zug, 1993)
            Amphibia memiliki kelopak mata dan kelenjar air mata yang berkembang baik. Pada mata terdapat membrana nictitans yang berfungsi untuk melindungi mata dari debu, kekeringan dan kondisi lain yang menyebabkan kerusakan pada mata. Sistem syaraf mengalami modifikasi seiring dengan perubahan fase hidup. Otak depan menjadi lebih besar dan hemisphaerium cerebri terbagi sempurna. Pada cerebellum konvulasi hampir tidak berkembang. Pada fase dewasa mulai terbentuk kelenjar ludah yang menghasilkan bahan pelembab atau perekat. Walaupun demikian, tidak semua amphibi melalui siklus hidup dari kehidupan perairan ke daratan. Pada beberapa amphibi, misalnya anggota Plethodontidae, tetap tinggal dalam perairan dan tidak menjadi dewasa. Selama hidup tetap dalam fase berudu, bernafas dengan insang dan berkembang biak secara neotoni. Ada beberapa jenis amphibi lain yang sebagian hidupnya berada di daratan, tetapi pada waktu tertentu kembali ke air untuk berkembang biak. Tapi ada juga beberapa jenis yang hanya hidup di darat selama hidupnya. Pada kelompok ini tidak terdapat stadium larva dalam air. (Duellman and Trueb, 1986).
            Amfibi dijumpai diseluruh dunia kecuali di kutub. Mereka menempati sejumlah habitat yang berbeda-beda seperti hutan hujan, kolam, dan danau. Mereka juga ada di daerah berumput di lereng pegunungan tinggi, bahkan juga di gurun. Meskipun amfibi dewasa dapat bertahan hidup selama periode kemarau panjang, umumnya mereka membutuhkan tempat-tempat lembab seperti sungai dan kolam. Di wilayah hutan hujan tropis yang lembab, banyak katak dapat bertahan hidup tanpa memiliki sumber air tetap. Sebagai hewan yang berdarah dingin, amfibi tidak aktif dalam kondisi dingin. Pada kondisi ini mereka melakukan hibernasi, biasanya dalam lumpur di dasar kolam. Musim kawin amfibi sering berlangsung kacau. Amfibi jantan dan betina berkumpul bersama dalam jumlah besar. Setelah membuahi telur, biasanya amfibi tidak lagi mempedulikan telurnya. Hanya sedikit jenis amfibi yang melindungi telur. Umumnya spesies amfibi kecil mengandalkan penyamaran atau melarikan diri saat terancam pemangsa. Ada pula amfibi yang mengandalkan kulit yang mencolok untuk menakuti musuh. Ada jenis amfibi yang mempunyai racun. Katak beracun dari Amerika Selatan memiliki warna yang mencolok sebagai tanda bahaya pemangsanya. Racun katak sangat kuat ‘racun emas’ yang dimiliki kodok dart dari kolombia misalnya, dapat menewaskan sekitar 1.000 orang sekaligus. Kebanyakan orang kesulitan dalam membedakan anggota dari kelas amphibia yaitu antara katak dan kodok. Maka dari itulah kita perlu mengenal kelas amphibia lebih jauh lagi.
                       



Kedudukan Klasifikasi
            Amfibia atau amfibi (Amphibia), umumnya didefinisikan sebagai hewan bertulang belakang (vertebrata) yang hidup di dua alam, yakni di air dan di daratan. Amfibia bertelur di air, atau menyimpan telurnya di tempat yang lembab dan basah. Ketika menetas, larvanya yang dinamai berudu hidup di air atau tempat basah tersebut dan bernapas dengan insang. Setelah beberapa lama, berudu kemudian berubah bentuk (bermetamorfosa) menjadi hewan dewasa, yang umumnya hidup di daratan atau di tempat-tempat yang lebih kering dan bernapas dengan paru-paru.
Amfibia mempunyai ciri-ciri:
Penutup tubuh
kulit yang berlendir
Alat gerak
dua pasang kaki dan pada setiap kakinya terdapat selaput renang yang terdapat di antara jari-jari kakinya dan kakinya berfungsi untuk melompat dan berenang.
Alat pernapasan
pernapasan pada saat masih kecebong berupa insang, setelah dewasa alat pernapasannya berupa paru-paru dan kulit dan hidung amfibi mempunyai katup yang mencegah air masuk ke dalam rongga mulut ketika menyelam
Suhu tubuh
tidak tetap, berubah-ubah mengikuti suhu lingkungannya (berdarah dingin/poikiloterm)
Peredaran darah
Tertutup
Alat penglihatan
Mata dan matanya mempunyai selaput tambahan yang disebut membrana niktitans yang sangat berfungsi waktu menyelam
Berkembang biak
dengan cara melepaskan telurnya dan dibuahi oleh yang jantan di luar tubuh induknya (pembuahan eksternal
Jantung
terdiri dari tiga ruangan yaitu dua serambi dan satu bilik


Adapun kedudukan amphibia dalam sistem klasifikasi yaitu:
Kerajaan          : Animalia
Filum               : Chordata
Upafilum         : Vertebrata
Superkelas       : Tetrapoda
Kelas               : Amphibia


Sumber :          zona bawah, Kajian amphibia 
                        http://zonabawah.blogspot.com/2011/07/tentang-amfibiamphibia.html                    


Lebih lengkapnya bisa download disini

Minggu, 03 Juni 2012

Laporan Morfologi Tumbuhan Pada Batang


PENDAHULUAN
A. Latar belakang

           
Morfologi tumbuhan adalah adalah ilmu yang mempelajari bentuk dan susunan tubuh tumbuhan. Morfologi tumbuhan juga menguraikan tentang fungsi masing masing bagian dari bentuk dan susunan tumbuhan.
Jika kita melihat batang berbagai jenis tumbuhan, akan terlihat bahwa ada diantaranya yang jelas kelihatan batangnya, tetapi ada pula yang tampaknya tidak berbatang karena semua daunnya seakan-akan keluar dari bagian atas akarnya dan tersusun rapat satu sama lain yang disebut roset (rosula).
Pada umumnya batang berbentuk panjang bulat seperti silinder atau dapat pula mempunyai bentuk lain. Batang terdiri dari ruas-ruas yang pada tiap perbatasan ruas inilah terdapat daun. Arah tumbuh batang biasanya ke atas, menuju cahaya atau matahari (bersifat fototrop atau heliotrop). Batang selalu bertambah panjang di ujungnya, mengadakan percabangan dan umumnya tidak berwarna hijau, kecuali tumbuhan yang umurnya pendek.
Akibat banyaknya jenis tumbuhan dan banyaknya jenis batang, maka perlu mempelajari bagaimana bentuk dan pembagiannya. Namun dalam penentuan jenis-jenis batang tumbuhan tidaklah mudah, seringkali terjadi kekeliruan. Untuk itu selalu diperlukan penelitian atau pemeriksaan secara langsung dan seksama untuk menghindari terjadinya kesalahan.

  1. Tanaman Jahe (Zingiber officinale Rose)
Jahe termasuk tanaman tahunan, berbatang semu, dan berdiri tegak dengan ketinggian mencapai 0,75 m.
Secara morfologi, tanaman jahe terdiri atas akar, rimpang, batang, daun, dan bunga. Perakaran tanaman jahe merupakan akar tunggal yang semakin membesar sciring dengan umurnya, hingga membentuk rimpang serta tunas-tunas yang akan tumbuh menjadi tanaman baru.
Batang tanaman jahe merupakan batang semu yang tumbuh tegak lures. Batang ini terdiri atas seludang-seludang dan pelepah daun yang menutup batang. Bagian luar batang liein dan mengilap, serta mengan-dung banyak air.
Daun tanaman jahe berbentuk lonjong dan lancip menyerupai rumput-rumputan besar. Ukuran panjang daun sekitar 5 — 25 cm dan lebar 0,8 — 2,5 cm. Bagian ujung daun agak tumpul dengan panjang lidah 0,3 — 0,6 cm. Bila daun mati, pangkal daun tetap hidup dalam tanah.
Jika cukup tersedia air, bagian pangkal daun ini akan ditumbuhi tunas dan menjadi rimpang yang baru. Bunga tanaman jahe terletak pada ketiak daun pelindung. Bentuk bunga bervariasi: panjang, bulat telur, lonjong, runcing, atau tumpul. Bunga benikuran panjang 2 — 2,5 cm dan lebar 1 — 1,5 cm.
2.     Languas galanga (Lengkuas)
Languas galanga yang biasanya disebut lengkuas dengan family zingiberaceae, memiliki batang yang termodifikasi menjadi akar dan tumbuh ke dalam tanah. Semua daun dari lengkuas seakan-akan keluar dari bagian atas akarnya dan tersusun rapat satu sama lain yang merupakan suatu roset akar (rosula), (Gembong, 1985).
Akar  : Rimpang besar dan tebal, berdaging, berbentuk silindris, diameter sekitar 2-4 cm, dan bercabang-cabang. Bagian luar berwarna coklat agak kemerahan atau kuning kehijauan pucat,mempunyai sisik-sisik berwarna putih atau kemerahan, keras mengkilap, sedangkan bagian dalamnya berwarna putih. Daging rimpang yang sudah tua berserat kasar. Apabila dikeringkan, rimpang berubah menjadi agak kehijauan, dan seratnya menjadi keras dan liat.
Batang :Batangnya tegak, tersusun oleh pelepah-pelepah daun yang bersatu membentuk batang semu, berwarna hijau agak keputih- putihan. Batang muda keluar sebagai tunas dari pangkal batang tua.
Daun :Daun tunggal berwarna hijau, bertangkai pendek tersusun berseling. Daun disebelah bawah dan atas biasanya lebih kecil daripada yang di tengah. Bentuk daun lanset memanjang dan ujungnya runcing, pangkal tumpul dengan tepi daun rata. Pertulangan daun menyirip, panjang daun sekitar 20- 60 cm, dan lebarnya 4 - 15 cm. Pelepah daun kira-kira 15 - 30 cm, beralur dan berwarna hijau.
  1. Temu lawak (Curcuma xanthorrhiza)
a. AKAR
Akar rimpang terbentuk dengan sempurna dan bercabang kuat, berwarna hijau gelap. Rimpang induk dapat memiliki 3-4 buah rimpang. Warna kulit rimpang cokelat kemerahan atau kuning tua, sedangkan warna daging rimpang oranye tua atau kuning. Rimpang temulawak terbentuk di dalam tanah pada kedalaman sekitar 16 cm. Tiap rumpun umumnya memiliki 6 buah rimpang tua dan 5 buah rimpang muda. Rimpang Temulawak sangat berkhasiat untuk antiradang, anti keracunan empedu, penurun kadar kolesterol, diuretic (peluruh kencing), penambah ASI, tonikum, dan penghilang nyeri sendi.
b. BATANG
Temulawak termasuk jenis tumbuh-tumbuhan herba yang batang pohonnya berbentuk batang semu dan tingginya dapat mencapai 2 sampai 2,5 meter berwarna hijau atau cokelat gelap. Pelepah daunnya saling menutupi membentuk batang.Tumbuhan yang patinya mudah dicerna ini dapat tumbuh baik di dataran rendah hingga ketinggian 750 meter di atas permukaan laut. Umbi akan muncul dari pangkal batang, warnanya kuning tua atau coklat muda, panjangnya sampai 15 sentimeter dan bergaris tengah 6 sentimeter. Baunya harum dan rasanya pahit agak pedas.
  1. Bawang Merah (Allium cepa group Aggregatum)
Ciri-ciri morfologis bawang merah adalah berumbi lapis, berakar serabut dan berdaun silindris seperti pipa memiliki batang sejati yang disebut “diskus” yang bentuknya seperti cakram, tipis dan pendek sebagai tempat melekatnya perakaran dan tunas perakaran serta mata tunas (titik tumbuh). Pangkal daun bersatu membentuk batang semu. Batang semu yang berada didalam tanah akan berubah bentuk dan fungsinya menjadi umbi lapis atau bulbus. ( nani Sumarni dan Etty Sumiati, 1995)
Bagian-bagian umbi bawang merah (Syamsudin, 1981), terdiri dari:
- Sisik daun, merupakan bagian umbi yang berisi cadangan makanan bagi tumbuhan sejak mulai bertunas sampai keluar akar.
Kumcup (gemma bulbi) merupakan bagian umbi yang menghasilkan titik tumbuh baru yang akan membentuk umbi-umbi baru.
-Subang ( diskus) merupakan batang yang rundameter berfungsi sebagai tempat duduknya sisik daun

- Akar adventif, yaitu akar serabut berupa benang-benang (radix fibiosa) yang terdapat dibawah subang.
  1. Kunyit Spesies : C. domestica Val.
Struktur morfologi kunyit terdiri atas akar, rimpang, daun, tangkai bunga dan kuntum bunga. Sistem perakarannya termasuk akar serabut (radix adventicia) berbentuk benang (fibrisus) yang menempel pada rimpang. Batang merupakan batang semu dari pelepah-pelepah daun yang saling menutup satu sama lain, tegak, bulat dan relatif pendek dengan warna hijau kekuningan. Rimpang kunyit tumbuh dari umbi utama yang mempunyai bentuk bervariasi antara bulat-panjang, pendek dan tebal, lurus ataupun melengkung (Rukmana, 1994: 14). Kunyit memiliki daun yang tunggal, bentuk bulat telur (lanset) memanjang hingga 10-40 cm, lebar 8-12,5 cm dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat (Gambar 2.1a). Berbunga majemuk yang berambut dan bersisik dari pucuk batang semu, panjang 10-15 cm dengan mahkota sekitar 3 cm dan lebar 1,5 cm, berwarna putih kekuningan. Ujung dan pangkal daun runcing, tepi daun rata (Gambar 2.1b). Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan, daging buah merah jingga kekuningan (Gambar 2.1c).
  1. Temu Kunci (Boesenbergia pandurata (Roxb.) Schlecht)
Temu kunci berperawakan herba rendah, merayap di dalam tanah. Dalam satu tahun pertumbuhannya 0,3-0,9 cm. Batangnya merupakan batang asli di dalam tanah sebagai rimpang, berwarna kuning coklat, aromatik, menebal, berukuran 5-30 x 0,5-2 cm. Batang di atas tanah berupa batang semu (pelepah daun). Daun tanaman ini pada umumnya 2-7 helai, daun bawah berupa pelepah daun berwarna merah tanpa helaian daun. Tangkai daun tanaman ini beralur, tidak berambut, panjangnya 7-16 cm, lidah-lidah berbentuk segitiga melebar, menyerupai selaput, panjang 1-1,5 cm, pelepah daun sering sama panjang dengan tangkai daun; helai daunnya tegak, bentuk lanset lebar atau agak jorong, ujung daun runcing, permukaan halus tetapi bagian bawah agak berambut terutama sepanjang pertulangan, warna helai daun hijau muda, lebarnya 5-11 cm.






Sabtu, 19 Mei 2012

Morfologi Pada Batang


MORFOLOGI PADA BATANG


1.     BATANG PISANG

2.    BATANG JERUK PURUT

3.     BATANG BAMBU

4.    BATANG JAMBU BIJI

5.    BATANG PEPAYA

6.    BATANG RUMPUT TEKI

7.    BATANG PADI

KULTUR JARINGAN PISANG Cavendish

Tanaman pisang mempunyai ciri spesifik yang mudah dibedakan dari jenis tanaman lainnya. Tanamannya terdiri dari daun, batang (bonggol), batang semu, bunga, dan buah. Pisang termasuk keluarga musaceae, salah satu anggota ordo scitamineae.

Morfologi tanaman dapat tampak jelas melalui batangnya yang berlapis-lapis. Lapisan ini sebenarnya merupakan dasar dari pelepah daun yang dapat menyimpan air (sukulenta) sehingga lebih tepat disebut batang semu (pseudostem). Daun pisang Cavendish berwarna hijau tua. Lembaran daun (lamina) pisang lebar dengan urat daun utama menonjol berukuran besar sebagai pengembangan dari morfologis lapisan batang semu (gedebog). Batang pisang sesungguhnya terdapat didalam tanah, yaitu yang sering disebut bonggol. Pada sepertiga bagian bonggol sebelah atas terdapat mata calon tumbuh tunas anakan. Bunga pisang yang disebut tongkol yang disebut jantung. Bunga ini muncul dari primordia yang terbentuk pada bonggolnya, perkembangan primordia bunga memanjang keatas hingga menembus inti batang semu dan keluar diujung batang semu tersebut. Panjang Tandan 60 - 100 cm dengan berat 15 - 30 kg. Setiap tandan terdiri dari 8 - 13 sisiran dan setiap sisiran ada 12 - 22 buah. Daging buah putih kekuningan, rasanya manis agak asam, dan lunak. Kulit buah agak tebal berwarna hijau kekuningan sampai kuning muda halus. Umur panen 3 - 3,5 bulan sejak keluar jantung.

Morfologi Tanaman JERUK PURUT

Citrus hystrix D.C. termasuk tumbuhan berkayu (Tjitrosoepomo, 1988), merupakan pohon dengan tinggi 5-7,5 m. Batang tegak, bulat, percabangan simpodial, berduri, hijau kotor. Daun tunggal, berseling, lonjong, tepi beringgit, ujung meruncing, pangkal membulat, panjang 4-5,5 cm, lebar 2-2,5 cm, tangkai bersayap, panjang 2-5 cm, hijau, pertulangan menyirip, permukaan berbintik, hijau. Bunga majemuk, bentuk tandan, di ketiak daun, tangkai silindris, panjang + 2 cm, hijau, kelopak bentuk bintang, hijau kekuningan, benang sari silindris, panjang 3-6 mm, putih, tangkai putik silindris, panjang 3-5 mm, kepala putik bulat, kuning, mahkota lima helai, bentuk bintang, putih (Syamsuhidayat, 1993). Bakal buah berkedudukan lebih tinggi daripada tepi dasar bunga dan tidak berlekatan dengan dasar bunga (Tjitrosoepomo, 1988). Buah bulat, diameter 4-5 cm, permukaan berkerut, hijau. Biji bulat telur, putih (Syamsuhidayat, 1993). Daging buah hijau, rasanya sangat asam agak pahit (Sarwono, 1996). Akar tunggang, putih kekuningan (Syamsuhidayat, 1993).

Anatomi Batang Bambu

Batang bambu (culm), merupakan bagian yang paling banyak digunakan oleh manusia. Batang bambu memiliki tiga bagian utama yakni batang, tunggul/bongkot, dan umbi akar

  • Batang: merupakan bagian yang muncul di permukaan tanah, berbantuk lurus dan bulat dan terdiri dari ruas-ruas yang dibatasi oleh sekat antar ruas (buku). Setiap bagian buku bambu (node) memiliki dua cincin, bagian bawah disebut dengan cincin kelopak/pelepah yang merupakan tempat kelopak batang bambu melekat dan sering terlihat bekas kelopak dibambu jika lepas. Sedangkan cincin bagian atas disebut dengan cincin tunas, merupakan bekas yang muncul akibat dari tumbuhnay ruas bambu.
MORFOLOGI JAMBU BIJI psidium guajava
1.
Morfologi
Tumbuhan biji belah pada umumnya mempunyai batang yang di bagian bawahnya lebih besar dan keujung semakin mengecil,jadi batangnya dapat di pandang sebagai suatu kerucut atau limas yang amat memanjang dan mempunyai percabangan.
- Bentuk cabang pada jambu biji yaitu berkayu dan permukaannya licin dan terlihat lepasnya kerak (bagian kulit yang mati).
- Arah tumbuh batangnya tegak lurus (erectus).
- Jambu biji memiliki cabang sirung pendek (virgula atau virgula sucre scens) yaitu cabang – cabang kecil dengan ruas – ruas yang pendek yang selain daun juga merupakan pendukung bunga dan buah.
- Arah tumbuh cabangnya. (Sinaga, 2008).

MORFOLOGI PEPAYACarica papaya
1. Morfologi
Carica papaya L. adalah semak berbentuk pohon dengan batang yang lurus dan bulat. Bagian atas bercabang atau tidak, sebelah dalam berupa spons dan berongga, sebelah luar banyak tanda bekas daun. Tinggi pohon 2,5 - 10 m, tangkai daun bulat berongga, panjang 2,5 - 10 m, daun bulat atau bulat telur, bertulang daun menjari, tepi bercangap, berbagi menjari, ujung runcing garis tengah 25 - 75 cm, sebelah atas berwarna hijau tua, sebelah bawah hijau agak muda daun licin dan suram, pada tiap tiga lingkaran batang terdapat 8 daun. Bunga hampir selalu berkelamin satu atau berumah dua, tetapi kebanyakan dengan beberapa bunga berkelamin dua pada karangan bunga yang jantan.
(Sinaga, 2008).


MORFOLOGI rumput teki
Deskripsi Tanaman
Perawakan : Herba serupa rumput (sedges non Grasses), menahun, 0,1 - 0,3 m (dapat mencapai 0,75 m).
Batang : berupa batang semu, merupakan kumpulan pelepah daun, batang asli berupa rimpang (Rhizome), percabangan Rhizome membentuk geragih (stolon), ujung stolon menjadi rumpun baru.
Daun : tunggal, berpelepah, bentuk garis, seperti daun rumput, jarang lanset atau elip, tepi rata tajam, hijau tua (atas), hijau muda (bawah), berjendul di semua permukaan, ujung meruncing pelan, lebar 2 - 6 mm, helaian bawah coklat kemerahan.
Bunga : susunan bulir majemuk rata tunggal, braktea involucrum 2-4 permanen, sepanjang atau lebih panjang dari perbungaan, lebih dari 30 cm, cabang pertama 3 - 9 terpencar, lebih dari 10 cm, spikelet runcing, 10 - 40 bunga, 1 - 3,5 x 2 mm, eluna bulat telur, tumpul, kemerahan atau coklat gelap, susunan sirip, 3-3,5 mm, tepi bening (Hialin).
Perhiasan bunga : tidak ada.
Benang sari : 1-3, kepala sari 1 mm, coklat muda.
Putik : bakal buah dan tangkai berlanjut, gundul, kepala sari 2-3.
Buah : tipe padi.
Biji : bentuk elip, dengan 2-3 sisi.

MORFOLOGI Batang padi
Batang padi tersusun dari rangkaian ruas-ruas dan antara ruas yang satu dengan yang lainnyadipisah oleh sesuatu buku. Ruas batang padi di dalamnya beringga dan bentuknya bulat. Dari atas ke bawah, ruas batang itu makin pendek. Ruas-ruas yang terpendek terdapat di bagian bawah dari batang dan ruas-ruas ini praktis tidak dapat dibedakan sebagai ruas-ruas yang berdiri sendiri.

Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai ujung daun tertinggi bila malai belum keluar, dan sesudah malai keluar tingginya diukur dari permukaan tanah sampai ujung malai tertinggi. Tinggi tanaman adalah suatu sifat baku (keturunan). Adanya perbedaan tinggi dari suatu varietas disebabkan oleh suatu pengaruh keadaan lingkungan. Bila syarat-syarat tumbuh baik, maka tinggi tanaman padi sawah bisaanya 80-120 cm.

Pada tiap-tiap buku, duduk sehelai daun. Di dalam ketiak daun terdapat kuncup yang tumbuh menjadi batang. Pada buku-buku yang terletak paling bawah mata-mata ketiak yang terdapat antara ruas batang-batang dan upih daun, tumbuh menjadi batang-batang sekunder yang serupa dengan batang primer. Batang-batang sekunder ini pada gilirannya nanti menghasilkan batang-batang tersier dan seterusnya. Peristiwa ini disebut pertunasan atau menganak.